Artikel Bakteri non-fotosintetik
Pemanfaatan Azetobacter
chroococcum Dalam Pembuatan Detergen Ramah Lingkungan dari Limbah Jerami
Penggunaan bahan pembersih sintesis yang dikenal dengan
detergen surfaktan semakin marak di masyarakat luas. Penggunaan deterjen
surfaktan pada umumnya dapat mempunyai risiko bagi kesehatan
dan lingkungan. Busa detergen sintesis dapat menyebabkan permukaan
perairan tertutup sehingga sinar matahari dan oksigen yang diperlukan untuk
kehidupan akuatik tidak dapat menembus permukaan air masuk ke dalam air.
Perkembangan bioteknologi dalam pemanfaatan mikroorganisme dalam berbagai aspek
kehidupan. Penggunaan detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme. Salah satunya yaitu bakteri Azotobacter
chroococcum yang dapat membantu proses pembentukan biosurfaktan
yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan detergen organik. Biosurfaktan
merupakan produk alternatif yang ramah lingkungan dengan biodegradabilitas
lebih tinggi dan keaktifan permukaan lebih baik berbeda dengan surfaktan
sintetik yang bersifat toksik.
Bio-surfaktan adalah kelompok molekul yang memiliki sifat aktif
permukaan. Sifat ini disebabkan biosurfaktan merupakan molekul kompleks yang
memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik, sehingga dapat menurunkan tegangan
permukaan pada ruang antar air dan minyak (Bica et al., 1999; Vater et
al.,2002).
Azotobacter merupakan
bakteri rizosfir yang bersifat mucoid yang dapat memfiksasi nitrogen (N2)
udara. Pada umumnya bakteri ini dimanfaatkan sebagai penyumbang nitrogen dan
hormon pertumbuhan bagi tanaman (Suba Rao, 1987). Azotobacter sifatnya
pleomorfik, bentuk sel-sel ada yang hampir bulat seperti kokus dan ada pula
yang panjang seperti basil, flagel peritrik, hidup di dalam lingkungan netral
dalam tanah yang basah, berudara serta mengandung cukup zat-zat organik
(Dwidjoseputro; 2003).
Bakteri ini juga memiliki potensi lain yaitu dapat mengekskresikan
berbagai senyawa kelompok eksopolisakarida (EPS) dan asam organik (Vermani et
al.,1996). Hasil penelitian Suryatmana et al (2003) menunjukkan
bahwa produk ekstrasel yang dihasilkan Azotobacter chroococcum terdiri
dari ekstrapolisakarida (EPS) dan asam lemak. Menurut Iwabuchi et al (2002)
EPS dapat berfungsi sebagai biosurfaktan yang dapat meningkatkan biodegradasi
limbah minyak bumi. Sedangkan Vater et al (2002) menyatakan bahwa asam
lemak merupakan kelompok senyawa yang efektif berfungsi sebagai biosurfaktan,
karena merupakan senyawa amphiphatic yaitu memiliki dua gugus sekaligus, antara
lain Lyofobik dan lyofilik. Dan potensi biomolekul yang dapat diproduksi oleh A.
chroococcum sebagai bio-emulsifier belum banyak diketahui.
Kandungan
pada jerami yaitu lignin dan selulosa antara 35 – 40 % dapat dijadikan sebagai
bahan bakar alternatif serta bahan biosurfaktan. Jerami adalah
bagian vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, tangkai malai). Pada waktu
tanaman dipanen, jerami adalah bagian yang tidak dipungut. Bobot jerami padi
merupakan fungsi dari rejim air, varietas nisbah gabah/jerami, cara budi daya.
Jumlah produksi padi di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan,
sehingga dapat menghasilkan limbah jerami yang besar.
Dari masalah diatas, proses pengolahan limbah
jerami menjadi detergen yang ramah lingkungan meliputi dua bagian utama yaitu:
1. Pembuatan
Biosurfaktan dengan rincian sebagai berikut: persiapan bahan, proses
delignifikasi untuk menghancurkan lignin, proses sakarifikasi untuk
menghidrolisis selulosa menjadi glukosa, proses penyiapan inoculum
(pre-culuture)
untuk menumbuhkan bakteri Azotobacter chroococcum, proses
pembuatan biosurfaktan yang lebih kompleks, proses isolasi biosurfaktan untuk
memisahkan kultur dari media fermentasi untuk mendapatkan biosurfaktan, proses
indentifikasi biosurfaktan limbah jerami yang murni.
2. Pembuatan
Detergen.
Hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh Widati tahun 1998 dalam penelitiannya
tentang pengaruh penggunaan mikroba (Tricoderma sp, Aspergilus
sp, Azotobacter chroococcum, dan EM4) dan jerami terhadap sifat
tanah Vertic
Tropaquepts di Jawa Barat dan Typic Hapludox di Lampung.
Kesimpulannya, pemberian jerami dengan cara disebar maupun dibenihkan
meningkatkan kandungan C, N, dan K-dd pada tanah vertic, sedangkan pada
tanah Typic Hapludox meningkatkan
kandungan N dan K-dd.
Limbah
jerami jumlahnya cukup banyak namun belum dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat
secara optinal, padahal bila dibandingkan dengan gula dan pati, jerami
lebih murah dan mudah untuk didapat serta kandungan selulosa yang sangat tinggi
sehingga berpotensi menghasilkan biosurfaktan. Proses konversi limbah jerami
dengan bantuan bakteri Azotobacter chroococcum menjadi
biosurfaktan tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sehingga
mudah terurai di tanah maupun air, serta dapat meningkatkan kesehatan tanah.
Sehingga solusi yang terbaik adalah menjadikannya sebagai bahan alternatif
detergen yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tahhan RA,
Sandrin TR, Badour AA, and. Maier RM. 2002. Rhamnolipid-Induced removal of
lipopolysccharide from Pseudomonas aeruginosa: Effect on cell surface
Properties and Interaction with Hydrophobic substrates. J. Appl. Environ.
Microbiol 66: 3262-3268.
D, Dwidjoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta .
Djambatan
Makarin, Karim A. 2007.
Jerami Padi: Pengelohan dan Pemanfaatannya.Bogor: PusatPenelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Suba Rao, N. S.
1982. Biofertilizers in Agriculture. Oxford & INH Publishing Co. New
Delhi, Bombay, Calcutta.
Suryatmana P,
Edwan K, Enny R dan Wisjnuprapto. 2004. Optimasi Produksi Inokulan dan
Ko-inokulasi Azotobacter chrococcum dalam Upaya meningkatkan Kinerja
Bioremediasi Tanah yang Tercemar Limbah Minyak Bumi. Di dalam Laporan akhir
dan Seminar Evaluasi RUT XI. Kementrian Riset dan Teknologi RI. Serpong
Trusbus. 2005. Aneka Hiasan dari Jerami. PT. Gramedia: Jakarta.
Vater J,
Kablitz B, Wilde C, Franke P, Mehta N, and Cameotra SS. 2002. Matrix assisted
Laser Desorption Ionization-time of Flihgt Mass Spectrometry of Lipopeptide
biosurfactant in Whole Cell and Culture Filtrates of Bacillus subtilis C-1
Isolated from Petroleum Slude. J. Appl. Environ. Microbiol 68:
6210-6219.
Wah, ternyata ada ya, detergent yang ramah lingkungan. Jadi nambah ilmu baru, nih
BalasHapusTapi yg ingin saya tanyakan, seberapa efektifkah penggunaan detergent dari jerami ini dalam perannya sebagai agen pengontrol mikroba dibandingkan dengan detergent biasa yg terbuat dari bahan kimia ? terimakasih
terimakasih atas pertanyaanya kaka Nila...pemanfaatan Azetobacter disini bukan sebagai agen pengotrol mikroba mohon dibaca lagi artikelnya, tetapi Azetobacter disinia adalah sebagai mikroba yang dimanfaatkan untuk pembuatan detergen sehingga busa detergen tersebut tidak mencemari lingkungan karena bakteri Azetobacter chorococcum dapat menghasilkan biosurfaktan, yang ramah lingkungan
HapusMaksud saya begini, sdri Nihaya
HapusSeperti yang telah kita pelajari pada matakuliah Mikrobiologi bahwa Detergent merupakan agen pengontrol kimia mikroba. Nah, dengan adanya penambahan bakteri Azetobacter tersebut apakah mempengaruhi tingkat efektivitasnya dlm menghambat/membunuh mikroba ?
teriomaksih Nila atas penjelasan lebih lanjutnya, silahkan dibaca jawaban saya atas pertnyaanya saudari Endah
HapusSelamat lebih tengah malam , super sekali artikel kakak thoyyibah, tapi disini saya ingin bertanya, pada suhu berapakah pertumbuhan optimal dari si Azetobacter chroococcum?
BalasHapusselamat dini hari saudari Chusna. saya ingin membantu menjawab pertanyaan saudari, berdasarkan jurnal yang saya baca pada http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25899-2308100023-2308100025-Paper.pdf. Azotobacter
Hapussp. sensitif terhadap asam, konsentrasi garam yang tinggi dan
hidup pada temperatur di atas 35 derajat celcius.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25899-2308100023-2308100025-Paper.pdf
terimakasih saudari nurul atas jawabannya, sangat membantu sekali... :)
Hapussama-sama suadari Nihaya :)
HapusSelamat malam, mengenai artikel anda, saya ingin sedikit menambahkan bahwa, Azotobacter adalah bakteri gram negatif, bersifat aerobik, polymorphic dan mempunyai berbagai ukuran dan bentuk. Bakteri ini memproduksi polysacharides, bakteri ini juga sensitif terhadap asam, konsentrasi garam yang tinggi dan temperatur diatas 350C. Terdapat e,Pet spesies penting dari Azotobacter, diantaranya adalah Azotobacter chlroococum yang telah anda bahas, Azotobacter chlroococum adalah spesies yang paling sering ditemui di dalam kandungan tanah dan mampu mengubah nitrogen dalam atmosfer menjadi amonia melalui proses pengikatan nitrogen dimana amonia yang dihasilkan diubah menjadi protein yang dibutuhkan oleh tanaman. Lebih jelasnya, silahkan merujuk ke :
BalasHapushttps://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0CD0QFjAE&url=http%3A%2F%2Fdigilib.its.ac.id%2Fpublic%2FITS-paper-25899-2308100023-2308100025-Paper.pdf&ei=GAJ1VdHiM-HbmAWt64K4Ag&usg=AFQjCNEENZsbz2gT6XzVG95DD0Krp8yUuA&bvm=bv.95039771,d.dGY
terimakasih Abdan atas tambahannya, sangat bermanfaat sekali... :)
Hapussuper sekali artikel kakak nihay..... sungguh informatif sekali..... saya pun baru tau ada detergen yang di bantu oleh bakteri agar penguraiannya lebih ramah lingkungan...
BalasHapusada sedikit yang saya tak mengerti kak.... yaitumerupakan senyawa amphiphatic yaitu memiliki dua gugus sekaligus, antara lain Lyofobik dan lyofilik. yang dimaksud lyo itu seperti apa yah kak.... dan bagaimana gambarannya... agar lebih mudah dipahami.... terima kasih
1.Liofilik : zat dapat menyatu dengan medium atau disebut tipe koloid yang suka kepada medium pendispersi.. liofilik dispersi dapat dibuat dengan mudah dengan jalan seolah olah melarutkan zat ke dalam pelarut (medium pendispersi). Bila pelarut digunakan air disebut hidrasi.
Hapus2.Liofobik: sistem dimana medium pendispersi tidak banyak berinteraksi dengan medium pendispersi. Jadi seolah-olah didalam medium pendispersi tidak ada fase terdispersi atau seolah-olah terjadi pemisahan.
untuk lebioh jelasnya bisa dilihat di http://kimiafisikafarmasi.tumblr.com/
ohh... seperti itu rupanya.... terima kasih kakak atas penjelasannya.....
Hapussama-sama...kaka Zia
HapusAssalamualaikum nihayaa,, artikelnya bagus dan sangat menarik, berdasarkan artikel diatas dijelaskan bahwa kelebihan dari detergent yang melibatkan bakteri ini adalah lebih ramah lingkungan, yang ingin saya tanyakan adakah kekurangan yang dimiliki oleh detergen hasil bioteknologi modern ini? bila ada mohon dijelaskan, terimakasih :)
BalasHapusterimakasih saudari Farid atas pertanyaanya, tentu saja detergen tersebut memiliki kekurangan terutama dalam proses pembuatannya yang kurang efektif dimana menggunakan jerami, yang saya ketahui dari sumber rujukan pembuatan detergen jerami ini belum bisa dilaksanakan secara massal artinya belum bisa diproduksi secara besar-besaran karena masih terkendala dengan teknologi untuk mengembangkan produsi detergen tersebut.
Hapuswahh, dari limbah jerami ternyata bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat. Alhamdulillah ilmu baru lagi :) saya hanya ingin menambahkan sedikit saja mengenai bakteri ini :
BalasHapusmenurut hasil pnelitian yang teah dilakukan, Hita Hamstuti, dkk menyatakn bahwa :"Azotobacter sp. adalah bakteri gram negatif, bersifat
aerobik, polymorphic dan mempunyai berbagai ukutan dan
bentuk. Bakteri ini memproduksi polysacharides. Azotobacter
sp. sensitif terhadap asam, konsentrasi garam yang tinggi dan
temperatur di atas 35oC. Terdapat empat spesies penting dari
Azotobacter yaitu Azotobacter chroococcum, Azotobacter
agilis, Azotobacter paspali dan Azotobacter vinelandii dimana
Azotobacter chroococum adalah spesies yang paling sering
ditemui di dalam kandungan tanah. Azotobacter mempunyai
sifat aerobik maka dari itu bakteri ini memerlukan oksigen
sehingga dengan adanya aerasi, pertumbuhan dari Azotobacter
dapat ditingkatkan. Azotobacter mampu mengubah
nitrogen (N2) dalam atmosfer menjadi amonia (NH) melalui
proses pengikatan nitrogen dimana amonia yang dihasilkan
diubah menjadi protein yang dibutuhkan oleh tanaman."
informasi selengkapnya silahkan kunjungi digilib.its.ac.id/.../ITS-paper-25899-2308100023-2308100025-Paper.pdf
terima kasih :)
terimakasih kaka lae... atas tambahan materinya, sangat bermanfaat sekali... :)
Hapussama-sama kaka Nihayah :) artikel Anda pun sangat membantu dan menambah wawasan saya.
HapusAssalamualaikum.
BalasHapusberdasarkan artikel diatas, saya setuju dengan pendapat saudari mengenai peran bakteri Azotobacter chroococcum dalam alternatif yang ramah lingkungan dengan biodegradabilitas yang tinggi.
ingin sedikit menambahkan mengenai peran bakteri tersebut. berdasarkan jurnal yang saya baca pada http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25899-2308100023-2308100025-Paper.pdf, menyatakan bahwa bakteri Azotobacter chroococcum berperan dalam pembuatan kompos limbah
sludge industri pengolahan susu. hasil penelitian menyebutkan bahwa Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Azotobacter chroococcum dapat meningkatkan kadar nitrogen hingga 500%, pada limbah sludge industri pengolahan susu. Variabel terbaik ialah Azotobacter chroococcum 1%v/w : dibuktikan dengan pertambahan tinggi tanaman terong 12,2% dan cabai 21,6% serta kapasitas panen terong 44,2 gram/tanaman dan cabai 11 gram/tanaman. Perlu dilakukan pengaturan pH pada proses pengomposan
sehingga pH kompos sesuai baku mutu dan sesuai dengan syarat tumbuh tanaman uji.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25899-2308100023-2308100025-Paper.pdf
terimaksih sekali lagi kaka Nurul Hikmahwati atas tambahan materinya, bermanfaat sekali... :)
Hapusterima kasih kembali sudari Nihaya, artikelnya memberikan wawasan lebih kepada saya :)
HapusArtikelnya menarik sekali saudari niha :) dapat pengetahuan baru ternyata si kecil Azotobacter chroococcum mampu berperan ditengah2 maraknya detergen surfaktan yang beresiko bagi kesehatan dan lingkungan yaah . nah selain berperan positif bagi lingkungan , adakah peran merugikan dari bakteri ini ? Terimakasih nihay :)
BalasHapusterimaksih kaka Ratih atas pertanyaanya, dari berbagai sumber yang saya baca tampaknya tidak ada kerugian dari Azetobacter ini sebab Ia tidak memiliki sifat parasit pada organisme lain, mungkin itu yang bisa saya sampikan , kalau ada jawaban yang lebih baik lagi bisa di share disini... terimakasih... :)
HapusMengenai artikel Anda di atas Azetobacter chroococcum berperan dalam Pembuatan Detergen, Saya ingin meng-share pengetahuan dangkal Saya, bahwa detegen dapat digunakan sebagai pengontrol mikroba dengan metode kimiawi. Menurut Meiry Noor (2011) dalam buku Mikrobiologi Dasar, dinyatakan bahwa Detergen berperan sebagai surfaktan yang dapat mengurangi permeabilitas membran beberapa bakteri dan fungi, sehingga menyebabkan sel menjadi mati. Nah maksud Saya, Detergen sebagai agent anti mikroba, tapi dibuat dari mikroba sendiri, bagaimana ANda menjelaskan hal tersebut?? terimakasih
BalasHapusterimakasih saudari Endah atas pertanyaanya, Ia memang betul bahwa detergen merupakan agen pengontrol mikroba dalam artikel saya dituliskan bahwa mikroba tersebut dimanfaatkan untuk membantu mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan detergen yang surfaktan sehingga busa yang menutupi permukaan tanah atau air dapat di pecah atau dihilangkan oleh senyawa yang dihasilkan dari Azetobacter itu sendiri yaitu eksopolisakarida (EPS) dan asam organik dan biosurfaktan jika di gabungkan dengan jerami sehingga pemanfaatannya lebih optimal. mungkin seperti itu jawaban yang bisa saya berikan terimakasih sudah mengunjungi blog saya ... :)
BalasHapusSangat bemafaat nihaya artikel yang anda buat ... Sedikit ingin menambahkan terkait karekteristik fisiologis azobacter berkeampuan untuk pupuk hayati dan pemacu pertumbuhan tanaman dan berkrmampuan mengahsilkan indole fosfay acid, melarutkan fosfat dan toleransi thd suhu tinggi dn pH rendah ... Penjelasan lebih lanjut dapat di akses di http://ojs.uho.ac.id/index.php/agroteknos/article/download/217/158
BalasHapusterimakasih Aida atas tambahan infonya sangat membantu sekali... :)
Hapusmakasih banyak,.
Hapusartikelnya sangat bermanfaat,.. :)
ternyata mikroba saja dapat membantu membuat detergen ya dan ramah lingkungan lagi ,,
BalasHapustapi ada yang saya kurang mengerti dari kalimat ini
"Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Widati tahun 1998 dalam penelitiannya tentang pengaruh penggunaan mikroba (Tricoderma sp, Aspergilus sp, Azotobacter chroococcum, dan EM4) dan jerami terhadap sifat tanah Vertic Tropaquepts di Jawa Barat dan Typic Hapludox di Lampung. Kesimpulannya, pemberian jerami dengan cara disebar maupun dibenihkan meningkatkan kandungan C, N, dan K-dd pada tanah vertic, sedangkan pada tanah Typic Hapludox meningkatkan kandungan N dan K-dd."
nah bagaimana hubungannya dengan detergen,,
mohon penjelasannya kk nihaya ,, :)
jadi detergen tersebut selain menggunakan peran mikroba juga memanfaatkan jerami dimana jerami tersebut ternyata dapat menambah kesuburan tanah, dengan meningkatkan kandungan C, N, dan K-dd pada tanah begitu kira-kira kaka Santi ... :)
HapusYang ingin saya tanyakan metabolisme bakteri tersebut seperti apa??
BalasHapusterimakasih saudara Edo atas pertanyaanya, dari rujukan yang saya baca meskipun Azotobacter adalah bakteri aerob obligat, enzim nitrogenase yang dimilikinya yaitu enzim yang mengkatalisis pengikatan N2¬, bersifat sensitif terhadap O2. Sehingga diduga bahwa karakteristik Azotobacter yang mempunyai kapsul lendir yang tebal membantu melindungi enzim nitrogenase dari O2. Azotobacter dapat tumbuh pada berbagai macam jenis karbohidrat, alkohol, dan asam organik. Metabolisme senyawa karbon teroksidasi sempurna, sedangkan asam atau produk fermentasi yang lain jarang dihasilkan. Semua anggota dapat mengikat nitrogen tetapi pertumbuhan dapat juga terjadi pada media dengan senyawa nitrogen sederhana seperti amoniak, urea, dan nitrat. Azotobacter dapat membentuk struktur sel istirahat yang disebut kista. Seperti halnya bakteri berendospora, kista Azotobacter resisten terhadap proses pengeringan, penghancuran mekanik, ultraviolet, dan radiasi. Namun, tidak seperti endospora, kista Azotobacter tidak resisten terhadap panas dan tidak mengalami dormansi secara lengkap (Madigan et al., 2000)
HapusBerdasarkan artikel diatas bahwa Pemanfaatan Azetobacter chroococcum Dalam Pembuatan Detergen Ramah Lingkungan dari Limbah Jerami sangat berperan besar bagi kehidupan. Mengenai karakteristiknya, saya ingin menanyakan, Apakah Azotobacter chroococcum dapat menghasilkan pigmen?Jika bisa, Apa peranannya . Terimahkasih
BalasHapusdari rujukan yang saya baca bahwa Azetobacter sp. ini tidak termasuk bakteri fotosintetik sehingga tidak memilki pigmen wanra, terimakasih atas pertanyaanya... :)
HapusSungguh menarik artikelnya kk Nihayah, hanya saja ada yang ingin saya tanyakan terkait keefektifan detergen organik yang bahan utamanya bakteri Azetobacter chroococcum, perlu diingat bahwa fungsi utama detergen itu sebagai pengontrol mikroba pada pakaian salah satunya, namun di artikel diulaslebih pada efeknya yang ramah lingkungan, bagaimana kk nihayah menjelaskan keefektifan detergen organik ini dalam membersihkan pakaian dibandingkan detergen pada umumnya?
BalasHapusuntuk keefektifannya sendiri saya kurang faham apakah lebih efektif bila dibandingkan deterjen yang bersifat surfaktan , tetapi perlu diketahui bahwa detergen tersebut belum diproduksi secara umum karena baru percobaan para ilmuwan, untuk penjelasan lebih lanjut silahkan dibaca jawaban saya atas pertanyaannya saudari Endah Safitri, terimakasih...
Hapusohh begitu, oke terimakasih kk nihayah atas jawabannya :)
Hapusberdasarkan artikel yang ditulis sdri nihayah, ternyata ada bakteri pembuat detergen yang ramah lingkungan ya hehehe. apakah produk detergen tersebut sudah dipasarkan atau hanya berasal dari limbah jerami langsung dipakai untuk mencuci?
BalasHapuskaka luthfi silahkan lihat jawaban saya atas pertnaanyya saudari Athiyyah, terimakasih.. :)
HapusMenarik sekali artikelnya kakak.....Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Azotobacter merupakan bakteri rizosfir...Apa maksud dari bakteri rizosfir, ya kak? Dan yang bersifat mucoid , apa maksud dari mucoid? Bagaimana cara bakteri ini dapat memfiksasi nitrogen (N2) udara?Terimakasih ^_^
BalasHapusterimakasih atas pertanyaanya kaka Epi
Hapus1. Rizosfer adalah bagian tanah di mana lebih banyak terdapat bakteri di sekitar akar tanaman daripada tanah yang jauh dari akar tanaman, yang artinya Azetobacter banyak terdapat di tanah yang di sekelilingnya terdapat akar tanaman.
untuk cara bakteri Azetobacter mengfiksasi nitrogen sama seperti pada umumnya bakteri yang memiliki kemampuan mengfiksasi nitrogen...
alhamdulillah ilmu baru,..
BalasHapusseperti yang kita tau bahwa bakteri Staphylococcus Aureus bisa menempel pada pakaian kotor dan mampu menyebar ke pakaian lain. Bakteri berbahaya ini bisa menyebabkan infeksi kulit atau meracuni makanan
bahkan Bakteri yang menempel pada kain berpotensi tumbuh menjadi penyakit berbahaya,
yang ingin saya tanyakan apakah Pemanfaatan Azetobacter chroococcum Dalam Pembuatan Detergen Ramah Lingkungan dari Limbah Jerami sudah efektif membersihkan baju dll, dari semua bakteri dan kotoran ? bagaimana mekanismenya ?
karena "Seluruh peralatan rumah tangga berbahan kain harus dijaga kebersihannya, apalagi pakaian, agar terhindar dari kuman penyakit," kata pakar dari Forum Ilmiah Internasional terhadap Kebersihan Rumah Tangga (IFH), Ryan Gene Gaia Sinclair, Ph.D, MPH, di Jakarta, Rabu (20/06).
jika memang benar, hal ini berita yang sangat baik sekali untuk dikembangkan, karena didunia ini sedang krisis segala sesuatu yang berbau ramah lingkungan.. terimakasih..
Saya akan menambahkan sedikit informasi, dalam kultur murni, Azotobacter
BalasHapusdiketahui pula mampu mensintesis substansi yang secara biologis aktif dapat meningkatkan perkecambahan biji, tegakan dan pertumbuhan tanaman seperti vitamin B, asam indol asetat, giberelin, dan sitokinin. A. chroococcum, A. vinelandii dan A. paspali mampu menghasilkan auksin dan giberelin, sedangkan A. chroococcum dan A. paspali mampu menghasilkan sitokinin. Senyawa-senyawa ini juga diketahui dapat merangsang proses-proses enzimatik pada akar dan mempercepat sintesis senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen organik. Efek Azotobacter dalam meningkatkan biomassa akar disebabkan oleh penghasilan asam indol asetat di daerah perakaran. Hal ini didukung bukti bahwa eksudat akar mengandung triptophan atau senyawa serupa yang dapat digunakan oleh mikroorganisme tanah untuk memproduksi asam indol asetat. Pernyataan ini saya dapatkan dari http://www.scribd.com/doc/99884859/Azotobacter#scribd
Lalu saya juga ingin bertanya, dari beberapa spesises yang telah disebutkan di atas, karakteristik khas apakah yang khusus dimiliki oleh Azetobacter chroococcum sehingga membedakannya dari spesies-spesies yang lain. Terima kasih.
seperti yang saya sebutkan diatas bahwa Azetobacter memiliki kemampuan untuk membentuk biosurfaktan yang lebih ramah lingkungan,
HapusBaiklah, saya setuju dengan jawaban saudari Nihayah, sesuai dengan artikel yang saya baca di https://www.scribd.com/doc/136218103/AZOTOBACTER
Hapusassalamualaikum kk nihay, wah artikel yang amat menarik, ilmu baru lagi terkait bakteri. saya ingin sedikit menambahkan terkait biosurfaktan itu sendiri
BalasHapusdimana Biosurfaktan merupakan surfaktan yang disintesis oleh mikroorganisme (sebagai produk ekstraselular; baik melalui proses fermentasi mikroba atau melalui reaksi katalis enzim in-vitro) terutama jika mereka ditumbuhkan pada substrat yang tidak larut dalam air. Sama halnya dengan surfaktan, biosurfaktan memiliki sifat mengurangi tegangan permukaan, menstabilkan emulsi, serta umumnya menimbulkan busa (tergantung dari jenis senyawa/molekul penyusunnya). Biosurfaktan memiliki aplikasi yang menarik karena sifat-sifat fungsionalnya yang luas termasuk di dalamnya kemampuan dalam pembersihan, pembasahan, pembuihan, emulsifikasi, reduksi viskositas, pemisahan dan pelarutan. Kemampuan tersebut banyak dimanfaatkan dalam industri pembersih, pertanian, konstruksi, pangan, kertas, industri logam, tekstil, kosmetik, farmasi dan industri petrokimia termasuk dalam aplikasi di lingkungan untuk bioremediasi. Biosurfaktan memiliki kelebihan karena mudah didegradasi, toksisitasnya rendah (pada umumnya tidak beracun), dan dapat dihasilkan dari substrat yang bernilai ekonomis rendah ataupun limbah.
http://www.academia.edu/9746800/Biosurfactant_Biosurfaktan_Penelusuran_dan_Prospek_Penerapan_
terimakasih ka Nur atas tambahannya..., sangat bermanfaat sekali :)
HapusAssalamu'alaikum..
BalasHapusBagaimana siklus hidup bakteri Azotobacter chroococcum?
Terimakasih..
Artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, terutama pada kalimat yang tertulis "Limbah jerami jumlahnya cukup banyak namun belum dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat secara optinal, padahal bila dibandingkan dengan gula dan pati, jerami lebih murah dan mudah untuk didapat serta kandungan selulosa yang sangat tinggi sehingga berpotensi menghasilkan biosurfaktan."
BalasHapusSepertinya inovasi semacam ini sangat perlu dikembangkan, karena baik dari sisi ekonomisnya maupun dari sisi keramahan lingkungannya sangat menguntungkan, apa lagi dengan kondisi ekonomi masyarakat yang semakin mencekik seperti sekarang ini. Pembuatan detegen alternatif yang raham lingkungan ini juga sangat dibutuhkan mengingat kondisi lingkungan kita yang kian memprihatinkan.
Kemudian yang ingin saya tanyakan adalah, apakah ada dampak negatif dari pembuatan detergen ramah lingkungan dari limbah jerami dengan bantuan Azetobacter chroococcum ini?
Teriakasih
karena produsi detregen ramah lingkungan ini belum diproduksi secara masal sehingga belum diketahui apakah ada dampak negatif dari pembuatan detergen ramah lingkungan tersebut saya kurang tahu...maaf karena belum bisa maksimal dalam menjawab,
HapusTerimakasih atas tanggapannya, mudah-mudahan produk ini dapat diproduksi masal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
HapusArtikel saudari Nihayah sangat informatif sekali, saya di sini sedikit ingin menambahkan :)
BalasHapusMenurut Ir Gunawan Sutio, direktur pemasaran PT Prima Agro Tech, Ia mencontohkan Azotobacter chroococcum yang berfungsi menambat unsur nitrogen dari udara atau Pseudomonas sp yang melarutkan fosfat. “Bakteri-bakteri itu mampu hidup dalam jaringan padi tanpa menimbulkan efek buruk, sebaliknya justru mampu menghasilkan hormone pertumbuhan seperti IAA (indole actic acid) alias auksin,” tutur Gunawan.
Itulah sebabnya Usman menyemprotkan larutan bakteri itu pada pukul 07.00 saat matahari belum terik. “Yang disemprotkan pada tanaman adalah agen hayati, jadi bila diaplikasikan lebih dari jam 08.00 ketika sinar matahari mulai terik dikhawatirkan bakteri akan mati,” tutur Usman. Dengan cara menyemprotkan bakteri-bakteri itulah padi di sawah Usman tak rentan terserang penyakit.
http://primaagrotech.com/id/news/bactoplus-seri-padi-edisi-trubus-515-oktober-2012xliii.html-0
terimakasih atas tambahannya , sangat bermanfaat sekali..
HapusSaya ingin menambahakab sedikit mengenai perananan lain dari bakteri in yaitu "eran Azotobacter chroococcum dalam kehidupan sebagai berikut :
BalasHapusBakteri dari famili Azotobacteraceae merupakan sebagian besar dari bakteri pemfiksasi nitrogen yang hidup bebas. Azotobacter yang diinokulasi dari tanah atau biji dengan Azotobacter efektif meningkatkan hasil tanaman budidaya pada tanah yang dipupuk dengan kandungan bahan organik yang cukup. Azotobacter juga diketahui mampu mensintesis substansi yang secara biologis aktif seperti vitamin-vitamin B, asam indol asetat, dan giberelin dalam kultur murni. Organisme ini memiliki sifat dapat menghambat pertumbuhan jamur (fungistatik) bahkan jamur tertentu yang sangat patogen seperti Alternaria dan Fusarium. Sifat Azotobacter ini dapat menjelaskan pengaruh menguntungkan yang dapat diamati pada bakteri ini dalam meningkatkan tingkat perkecambahan biji, pertumbuhan tanaman, tegakan tanaman, dan pertumbuhan vegetatif. Beberapa eksperimen yang dilaksanakan di daerah beriklim sedang di dunia menunjukkan bahwa fiksasi nitrogen pada tanah yang diinokulasi dengan Azotobacter tidak akan lebih dari 10 sampai 15 kg N/ha/tahun, tergantung tersedianya sumber karbon (Rao, 1986). "
terimakasih saudari Nining atas tambahan infonya, sangat bermanfaat sekali... :)
BalasHapus